Tim PKM-RSH FK USK Mengkaji Tentang Status Kesehatan Mental Penyintas Bencana Tsunami Aceh 2004

TIM PKM RSH FK USK memaparkan temuannya dalam kajian penelitian yang dilakukan terhadap penyintas tsunami Aceh pasca 20 tahun bencana tsunami Aceh 2004. Sekilas gambaran peristiwa bencana tsunami Aceh, yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 lalu tidak hanya tergolong besar dan parah pada saat kejadian dimana menurut data yang dipaparkan diketahui bahwa peristiwa tersebut telah menyebabkan 173.741 korban jiwa dan 394.539 pengungsi, serta kerusakan dan kehilangan yang diakibatkan oleh bencana tersebut yang tidak bisa dihitung jari.

paparan ini awalnya bermula dari matakuliah kesehatan mental yang membahas tentang kajian traumatik pasca bencana, tim peneliti FK mencoba mendalami kajian mental pasca bencana setelah 2 dekade yang di supervisi oleh Ibu Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc, salah satu pakar kesehatan mental di Fakultas kedokteran USK.

Adapun kajian pasca 2 dekade tersebut dikarenakan dari hasil kajian literature review yang dilakukan ternyata dampak jangka panjang dari suatu bencana alam dapat meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental bagi penyintas.

Selain itu, dikatakan bahwa jika kondisi/keadaan pasca bencana dibiarkan tanpa adanya penanganan (dibiarkan berlarut-larut) maka akan menimbulkan gangguan mental berupa trauma pasca bencana atau yang dikenal denagn istilah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), yang bisa berlangsung sampai dengan jangka 30 tahun, bahkan gangguan mental sepanjang hayatnya (Ifdil 2014; Sunardi 2007).

Setelah tim terbentuk dan juga pemaparan konsep dimatangkan bersama dosen pembimbing, maka tim yang merupakan gabungan dari Program Studi Psikologi dan juga Program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran USK, yang terdiri dari Dini Hari Santy, Dini Nurhasanah, Nayomi Aristo, dan Siti Tamita Datachi, dengan dosen pembimbing yaitu Ibu Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc., berinisiasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Tahun 2024 yang mengusung tema kajian penelitian “Status dan Identifikasi Kesehatan Mental pada Masyarakat Penyintas Bencana Tsunami: Kajian Mental Pasca 20 Tahun Tsunami Aceh”, yang dilakukan di wilayah terparah yang terpapar bencana tsunami Aceh, seperti kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Nagan Raya, Meulaboh, dan Sabang terhadap 329 penyintas tsunami Aceh 2004 silam.

Penelitian yang dilakukan oleh tim tersebut menunjukkan temuan yang “sangat memilukan” dimana kesehatan mental pada penyintas tsunami Aceh 2004 silam ditemukan berada pada tingkat rendah, yaitu sebanyak 73,5 persen.

Selain itu, temuan penelitian tim ini juga memaparkan bahwa penyintas tsunami Aceh memiliki kecemasan yang tinggi yaitu sebanyak 42,2 persen; sebanyak 36,17 persen memiliki gangguan depresi dalam kategori tinggi; dan juga sebanyak 19,4 persen teridentifikasi memiliki kehilangan kontrol perilaku dan emosi.

Tim percaya bahwa temuan ini akan menjadi data awal terkait program penanganan psikologis di kalangan masyarakat lebih digalakkan kembali dan juga berpendapat terkait hasil penelitiannya bahwa kondisi kesehatan mental masih menjadi isu yang relevan dan sangat penting untuk dikaji karena kesehatan mental sering diabaikan oleh setiap individu yang mengalaminya.

Selain itu, temuan penelitian ini juga memaparkan bahwa mayoritas penyintas tsunami masih memiliki emosi negatif terkait peristiwa tsunami 2004 silam, sedih, kecewa, dan marah setiap kali mengingat bencana tersebut.

Bahkan ketika menonton video yang berisikan tentang peristiwa serupa, mereka cenderung menghindar dan memilih untuk tidak menontonnya karena masih teringat bencana tsunami. Bencana tsunami Aceh memiliki dampak berkepanjangan terhadap mental penyintas. Tim juga percaya bahwa temuan dari penelitian ini pihak berwenang dapat menaruh perhatian lebih lanjut pada kondisi mental para korban bencana dan meningkatkan kesadaran pentingnya perawatan mental pasca terjadinya bencana.

Secara terpisah dosen pembimbing PKM, Ibu Zaujatul Amna, S.Psi., MSc menyatakan bahwa, “Temuan penelitian ini menggambarkan bahwa kesehatan mental menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan, no matter what.

Gangguan traumatis yang tidak diselesaikan dengan cara yang baik dan benar (ditangani oleh ahlinya) akan menetap dalam diri seseorang sehingga ketika ada trigger atau pencetus maka pengalaman trauma tersebut akan kembali dirasakan/dialami oleh individu tersebut. Oleh karena itu, kesehatan mental menjadi poin krusial yang perlu diperhatikan karena dengan adanya kesehatan mental yang baik memungkinkan seseorang untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna, menikmati hubungan sosial, dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih efektif. Ini mencakup kemampuan untuk mengelola stres, mengatasi kesulitan, dan memiliki pandangan positif terhadap kehidupan.”

Tim PKM ini berharap penelitian ini menjadi pengingat bagi masyarakat khsuusnya bagi mereka yang memiliki pengalaman traumatis bahwa meskipun bencana telah berlalu selama 2 dekade, akan tetapi bencana memiliki efek berkepanjangan kepada para korban apabila tidak ditangani secara baik dan benar oleh ahlinya.

Tim berharap dengan adanya temuan penelitian ini, dapat menjadi salah satu dasar progam atau intervensi lanjutan terkait kesehatan mental di kalangan masyarakat terutama di daerah pesisir yang menjadi area/daerah terparah yang terpapar tsunami.

Written by